Rabu, 14 April 2010

DOP (Dana Operasional Pastoral)


DOP (Dana Operasional Pastoral)


Mengapa ada DOP?
Salah satu butir hasil Perpasgelar (Pertemuan Pastoral Gereja Partikular) pertama Keuskupan Tanjungkarang adalah Paradigma Baru. Paradigma Baru adalah cara melihat, cara berpikir, cara menghayati dan mewujudkan secara baru. Apa yang lama yang mesti mulai ditinggalkan dan apa yang baru yang mesti mulai diwujudkan. Salah satunya adalah ketergantungan Gereja lokal akan dana dari luar negeri. Di zaman awal pertumbuhan Gereja katolik di Lampung, mesti diakui Gereja masih tergantung dalam hal dana dari para misionaris dan umat katolik yang berada di luar negeri. Tapi sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan Gereja lokal baik pertambahan umat katolik dan juga tenaga-tenaga imam pribumi, maka Bapak uskup secara berproses (bertahap) dan telah bertahun-tahun mulai menyadarkan umat katolik akan tanggungjawabnya untuk memenuhi kebutuhan pastoral di keuskupan ini. Dengan kata lain Gereja katolik di keuskupan Tanjungkarang mesti mulai mandiri, salah satunya dalam hal dana. Paroki Sidomulyo merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Keuskupan Tanjungkarang, maka para pastor dan jemaat katolik mesti mengupayakan dan mewujudkan gerakan kemandirian yang telah lama digaungkan oleh Bapak uskup di parokinya. Oleh karena itu mulai tahun 2010, diwujudkan salah satu cara untuk menjadi mandiri dalam hal dana di paroki Sidomulyo yakni dengan adanya DOP (Dana Operasional Pastoral) (selain dana syukur yang telah dirintis oleh Rm. Totok Subiyanto,pr)

DOP digunakan untuk apa?
Dana Operasional Pastoral digunakan untuk memenuhi kebutuhan pastoral yakni bahan bakar, perawatan mobil, perawatan motor, pajak mobil, pajak motor, kebutuhan dapur, listrik, telepon, gaji karyawan, gaji pastor, hosti, anggur, lilin.

Program jangka panjang
DOP merupakan program jangka pendek guna memenuhi kebutuhan pastoral dan dalam jangka panjang, upaya penggalian dana dilakukan dengan menggarap tanah-tanah yang menjadi milik paroki di setiap stasi dengan menanam tanaman yang produktif dan menghasilkan.

Kamis, 01 April 2010


Rekoleksi menjelang Misa Krisma,
Teluk Betung, 30 Maret 2010 oleh Mgr. Henrisoesanta

Tema: Apakah Engkau mengasihi-Ku? (Yoh 21:15-19)
Semua imam di keuskupan ini bersatu dengan saya sebagai uskup. Mengapa kita bersatu? Karena kesatuan imamat yang sama dari imamat Kristus melalui uskup. Dalam misa, Kristuslah yang mengorbankan dalam diri para imam. Karena itu ada 2 hal pokok yang mau saya sampaikan:
1. Tugas pastoral
2. Tanggungjawab
Di zaman ini, 2 hal ini menjadi perhatian dan keprihatinan. Saya mulai dari tanggungjawab. Apa yang disampaikan Santo Agustinus berkaitan dengan ini. Tanggungjawab diucapkan menjelang atau saat tahbisan. Santo Agustinus mengatakan “Bagi kamu aku adalah imam. Ini membuat saya cemas. Bersama kamu, aku adalah kristen. Ini membuat saya senang. Imam bagi umat membuat cemas. Imam bersama kristen menjadi senang. Ini adalah gambar tanggungjawab yang besar dan berat. Imam untuk manusia dan umat, ikut merasakan suka dan duka hidup manusia. Harus merasa senasib dengan manusia. Hal ini membawa serta tanggungjawab yang besar dalam diri imam. Agustinus juga merasa cemas. Tanggungjawab apa secara khusus? Imam harus menawarkan atau menyampaikan keselamatan Kristus kepada manusia. Imam harus bersama umat manusia mencari dan mengejar keselamatan Kristus, bukanlah keselamatan yang dipikirkan sendiri. Imam bersama-sama orang kristen lain berusaha agar dirinya menjadi selamat. Dalam perjuangan bersama ini, menjadikan imam merasa senang. Ada keistimewaan imam: Imam harus mengejar yang plus. Dari imam dituntut yang plus atau lebih. Yang plus yaitu terungkap apa yang dikatakan Yesus kepada Petrus: Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka? Tiga kali Yesus menanyakan hal yang sama kepada Petrus. Dan Petrus menjawab 3 kali dengan jawaban yang sama. Imam juga orang yang lemah. Bagaimana bisa mengasihi Allah? Kita semua sadar bahwa kita seorang berdosa. Mengapa kita dipilih? Yesus mau menunjukkan bahwa Gembala umat dipilih bukan pertama-tama karena hebat, pandai tetapi karena Tuhan menghendaki seseorang menjadi Gembala. Konsekwensinya adalah perlu menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan yang memanggil. Angka 3 itu sumber kesempurnaan. Yesus meminta gembala umat menyerahkan dirinya secara total. Imam dipanggil secara total untuk mengasihi tugasnya. Pertanyaannya kasih atau cinta model apa? Bagi para imam cinta yang plus menuntut bukti. Cinta yang memprioritaskan Yesus daripada yang lain. Perlu membangun hubungan yang akrab dengan Yesus (Hidup suci). Ada banyak konsekwensi dari kata itu:
1. Cinta tak bersyarat. Mencintai Tuhan tanpa syarat apapun
2. Cinta yang terus membara tanpa tergantung dari situasi tertentu
3. Cinta yang kurang serius, asal jadi, pokoknya.
Cinta yang serius memberi buah: dinamika hidup imam; dinamika hidup umat yang digembalakan; menyuburkan iman umat dan membuat imamat lebih bermakna, mewartakan kegembiraan. Yang penting bukan apa yang dilakukan sebagai imam tetapi apa yang dihayati sebagai imam. Bagaimana kita hidup sebagai imam. Ada 5 butir:
1. Imam mesti hidup sebagai pelayan bukan tuan
2. Imam mesti hidup sebagai pendamping atau pembimbing bukan tukang komando
3. Imam mesti pembawa damai bukan pelopor perpecahan
4. Imam mesti hidup sebagai gembala yang baik bukan penyimpan marah
5. Imam hidup sebagai duta kekudusan bukan kebobrokan

Kata-kata Gregorius Agung: “Saya sudah jelaskan kepada Anda tentang Gembala yang baik tapi saya sediri bukan gembala yang baik. Saya mengajarkan kamu tentang hidup yang sempurna, tapi saya sendiri masih berjuang, karena itu berdoalah untuk saya supaya saya tak binasa.”